Belum sempat kering air mata, belum sirna duka merana. Kembali kita bersedih. Setelah berkali-kali digoyang gempa, kemudian diluluhlantakkan oleh banjir disusul tanah runtuh.
Terdengar pekik tangis, gugup, takut, takbir, tahlil. Rumah bergoyang dan runtuh dengan sangat kencangnya, cepat, dan tak terfikirkan.
“… dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya” (Al Ankabut 53)
Tidakkah, kita mengambil iktibar dari kaum-kaum yang telah dibinasakan oleh Allah karena maksiat. Bagaimana kaum Nabi Sholih menjadi mayat yang bergelimpangan di tempat tinggalnya karena gempa. Begitupula kaum Syu’aib yang mendustakan nabinya.
“Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka” (Al Ankabut 37)
Apakah kita akan mengikuti para ahlul hawa yang mengatakan ini adalah perkara tabi’i (periistiwa alam biasa) ? Tidakkah kita lupa dengan ayat ini :
“Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras” (Hud 102)
Sungguh kita yang zalim bukan Allah yang menzalimi kita. Ampuni hamba-Mu ini ya Allah. Kami tahu ya Allah, telah banyak nikmat Kau berikan pada kami, tapi kurangnya rasa syukur kami pada Mu.
Tanda-tanda akhir zaman telah banyak Allah buktikan adanya kepada mata-mata manusia.
Benarlah kata-kata NabiMu Muhammad, tak kita sangsikan lagi.
Ramainya perempuan daripada lelaki;
Tiada islam pada seseorang itu melainkan hanya pada nama;
Abdullah tapi buat zalim, Muhammad tapi tak mahu solat sujud pada kekuasaanMu ya Allah;
Kurangnya orang yang solat Subuh berjemaah;
Menghalalkan yang haram dan sebaliknya;
Dan banyak lagi kata-kata Nabi Allah...
Ampunilah kami ya Allah...
Saudaraku
Dahulu, ketika Rasulullah saw masih hidup, bumi ini pernah bergetar dan bergerak. Rasulullah ketika itu dikelilingi para sahabatnya. Saat getaran dan gerakan itu dirasakan Rasulullah saw, ia segera meletakkan tanagnnya yang mulia di atas tanah, lalu berucap, “Diamlah..belum datang saatnya untukmu (bergerak)” lantas Rasulullah saw menoleh dan berkata kepada para sahabatnya, “Sesungguhnya Tuhan kalian meminta kerelaan kalian, maka relakanlah dia.” (Al Jawab Al Kafi Ibnul Qoyim)
Dizaman Umar bin Khatab ra, gempa bumi pernah terjadi 20H. Ketika itu Umar ra berkata, “Wahai manusia, getaran bumi ini tidak lain karena sesuatu (kemaksiatan) yang kalian lakukan. Demi Zat yang jiwaku di TanganNya, jika bumi ini bergerak kembali, aku tidak akan tinggal bersama kalian selamanya di tempat ini!”
Tetapi ya Allah, janganlah balasi dosa kami ini dengan azabMu ya Allah, sesungguhnya kami lagha, lalai dengan dunia yang penuh penipuan ini.
Umar bin Abdul Aziz, pernah menulis surat kepada para pembesarnya, “Sesungguhnya bergeraknya bumi ini sesuatu teguran Allah SWT kepada hamba-Nya. …..Barangsiapa yang memiliki sesuatu untuk disedekahkan, maka sedekahkanlah. Katakanlah sebagaimana dikatakan Adam as, “Robbana dzolamna anfusana, wa in lam taghfirlana lana kunanna minal khosirin. Katakanlah seperti Nabiyullah Nuh as “Wa illa taghfirlii wa tarhamnii akun minal khosirin…”. Katakanlah sebagaimana perkataan Yunus as. “Laa ilaaha ill anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin.
Dengan berkat Hamba-hambaMu yang beriman, kami mohon kerahmatan dariMu ya Allah...
Memang musibah kadang untuk menguji manusia.
Tetapi adakalanya kerana maksiat yang dilakukan..
4 comments:
If you're about to sell your brain, i would like to buy it. Hehe~
Nice article. Good job.
Selalunya nada kamu garang (sgt garang)dalam post2 dalam skop seperti ini. You've improve a lot on arranging your words.
Dari sudut pandangan sy yg baru mumaiyiz ini~
Otak xjual...otak-otak ade r
Nak beli?? :)
Garang yg macam mana tu eh??
Garang yang macam tegas, bukan garang pukul2. Mungkin perasaan sy saja. Mungkin juga penulis ni orangnya tegas, jadi ketegasan kamu sedikit sebanyak terselit dalam penulisan. Bila sy baca beberapa artikel kamu yg lepas, terdetik "Garangnya dia."
Tak ada apa2 dengan nada yg sy maksudkan tu. Yg lebih penting tu isi kan?
~Otak2 tu kalau nak belanja, boleh saja~
O0o0...begitu
Ada juga ye yang berpendapat macam tu...
Sebenarnye tulisan sebelum ini lebih kepada membidas...
Tapi apa-apa pun, terima kasih atas komen yang membina ni.
Macam mana nak belanja? Fiddarbi Yasir ni pun saya tak kenal...
Kalau nak dibelanja, kenalkanlah diri dulu... :)
Post a Comment